Sabtu, 09 Mei 2015

Kematian Janin Dalam Rahim

Kematian Janin Dalam Rahim/ Intra Uterine Fetal Death

Setelah usia kehamilan diatas 16 minggu, dapat dirasakan gerak janin dalam rahim yang disebut “quickening” sebagai gerakan pertama. Gerakan janin merupakan tanda penting bahwa janin hidup sehat dan meminta perlindungan dengan jalan pengawasan kehamilan secara teratur.
Dalam menunjukkan kasih sayang sering ayahnya ikut serta meraba dan merasakan gerak janin itu. Bagi ibu yang sensitif dapat dirasakan gerak janin berkurang atau menghilang dan mendorongnya untuk segera memeriksakan diri. Ada kemungkinan gerak janin berkurang setelah kepala janin masuk pintu atas panggul, atau karena bagian terendah terinfeksi.
Dengan berkurangnya atau menghilangnya gerak janin dapat menjadi pertanda bahwa janin mengalami kematian dalam rahim. Janin yang telah mati dalam rahim harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan pembekuan darah dan dapat menimbulkan infeksi dalam rahim. Oleh karena terdapat bahaya mengancam keselamatan ibu maka pertolongan persalinan dengan kematian janin dalam rahim memerlukan persiapan khusus.
Bahaya gangguan pembekuan darah pada kematian janin yang melewati waktu 12 minggu dan akan menimbulkan bahaya infeksi, hal ini tidak boleh terjadi. Oleh karena itu, menjelang kehamilan cukup bulan pemeriksaan hamil dilakukan lebih sering dengan interval seminggu sekali.
Adapun pengertian kematian janin dalam rahim adalah tidak adanya tanda kehidupan janin dan belum dikeluarkannya janin dengan sempurna dari ibunya.

            Menetapkan Kematian Janin Dalam Rahim
·      Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop laeneck, alat dopler).
·      Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).
·      Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung, dalam usus dijumpai pembentukan gas (dengan foto rontgen).

Penyebab Kematian Janin Dalam Rahim
·      Kehamilan diatas usia 36 minggu pada ibu dengan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
·      Mungkin terjadi lilitan tali pusat yang menimbulkan kematian
·      Terjadi dimpul tali pusat
·      Gangguan nutrisi menjelang kehamilan cukup bulan
·      Kehamilan dengan pendarahan
·      Kehamilan lewat waktu lebih dari 14 hari
.
Batasan Kematian Janin
·      WHO: Kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.


·      Prawiroharjo: Kematian janin dibagi dalam 4 golongan:
ü  Kelompok 1: kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu.
ü  Kelompok 2: kematian janin pada umur kehamilan 20-28 minggu.
ü  Kelompok 3: kematian janin pada umur lebih dari 28 minggu.
ü  Kelompok 4: kematian janin yang tidak termasuk tiga golonga diatas.
·      U.S National Center: Kematian janin pada umut kehamilan lebih dari 20 minggu.
·      FIGO: Kelahiran mati bayi termasuk bayi dengan BBL > 500 gram atau lebih dan atau sesuai umur kehamilan > 22 minggu.

Kriteria Diagnostik
       Kematian janin dalam rahim, sering dirasakan mula mula oleh penderita sendiri berupa hilangnya gerak janin, kehilangan berat badan, perubahan payudara dan hilangnya nafsu makan.

Penentuan diagnosis:
1.      Cara sederhana:
·           Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU): TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan, patut dicurigai adanya kematian janin dalam rahim.
·           Gerakan janin dalam rahim: Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18-20 minggu.
·           Denyut jantung janin(DJJ): ada/ tidaknya DJJ merupakan cara mudah menentukan janin hidup / mati, DJJ dapat didengar dengan: Stetoskop laenec (18-20 minggu), Dopler (12 minggu).
2.      Pemeriksaan penunjang:
a.       Pemeriksaan USG: Bila didapatkan satu atau lebih tanda sebagai berikut:
·           Echo discreption dari gestational sac (GS).
·           Pengurangan penampang GS dibanding pengukuran yang dibuat 2 minggu terakhir.
·           Tidak terlihat gerakan janin.
·           Tidak terlihat denyut jantung janin.
·           Nampak gambaran spalding sign tulang tengkorak.
b.      Pemeriksaan radiologi
·           Angulasi tulang belakang janin
·           Spalding sign sebagai gambaran tumpang tindih tulang tengkorak janin.
·           Terlihat adanya udara didalam pembuluh darah besar janin 1 sampai 2 hari setelah kematian, disebut hallo sign.
c.       Pemeriksaan laboratorium (dilakukan bila sarana dan dana memungkinkan).
·           Ibu
ü  Kadar alfa fetoprotein (AFP) serum darah ibu.
o    Kadar AFP tidak hamil (5 µg/ ml)
o    Kehamilan 30 minggu (500 µg/ ml)
o    Nilai AFP yang tinggi merupakan resiko tinggi, hal ini terjadi pada:
Ø  Rhesus isoimunization
Ø  Gawat janin sampai kematian janin
Ø  Bila kadar AFP tetap tinggi pada 3 kali pemeriksaan pertengahan kehamilan, punya resiko kematian janin dalam rahim.
ü  Kadar Estriol serum darah ibu/ urin 14 jam. Untuk menilai fungsi fetoplasenter
o    Bila kadar < 12 µg/ ml mungkin terjadi gangguan pertumbuhan janin, kelainan kongenital, gawat janin, ataupun kematian janin dalam rahim.
o    Penurunan secara cepat sampai 60% atau lebih, menunjukkan insufisiensi plasenta sehingga terjadi hipoksia dan mengakibatkan kematian janin dalam rahim.
·           Janin.
ü  Pemeriksaan amnion dengan amniosentesis;
o    Warna air ketuban normal jernih, bila ternoda mekonium dapat bermacam-macam sehingga akan berwarna hijau, kuning, coklat muda, coklat tua sampai hitam, dapat pula air ketuban kental, keruh, seperti lumpur sehingga terjadi tanda gawat janin sampai menimbulkan kematian pada janin.
ü  Kreatinin fosfoknase.
o    Kadar normal dalam cairan amnion 30 µg/ ml
o    Pada kematian janin dapat meningkat sampai 1000 µg/ ml
o    Kenaikan kadar kreatinin fosfokinase terjadi pada 4-5 hari kematian janin dalam rahim.
ü  Alfa fetoprotein (AFP). Kenatian janin dalam rahim dapat diduga jika ditemukan:
o    Kadar AFP serum maupun cairan amnion menurun sampai 1/ 100 dari kadar normal.
o    Bila kadar AFP maupun cairan amnion tetap tinggi.
ü  Kromosom
o    Monosomi autosom dianggap sebagai penyebab kematian janin.
ü  Amniografi
o    Air ketuban diperikasa setelah disentrifuge dengan spektrofotometer untuk melihat konsentrasi bilirubin dan oksihemoglobin, bila kadar bilirubin sangat tinggi, kemungkinan kematian janin dalam waktu 7-10 hari sebesar 56-80 %.
ü  Fetoskopi
o    Merupakan cara untuk melihat janin dan plasenta secara langsung dengan endoskopi.
Pengelolaan
                   Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara:
1.    Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.
2.    Persalinan anjuran:
a.       Dilatasi serviks dengan batang laminaria
Ø Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta.
b.      Dilatasi serviks dengan kateter folley,
Ø Untuk umur kehamilan > 24 minggu.
Ø Kateter folley no 18, dimasukkan dalam kanalis servikalis diluar kantong amnion,
Ø Diisi 50 ml aquadest steril
Ø Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban sebesar 500 gram,
Ø Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam Dekstrose 5% 500 ml, mulai 8 tetes/ menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.
c.       Infus uksitosin
Ø Keberhasilan sangat tergantung pada pematangan serviks, dinilai dengan skor Bishop, bilai nilai = 5 akan lebih berhasil.
Ø Dipakai oksitosin 5 – 10 u dalam Dekstrose 5% 500 ml, mulai 8 tetes/ menit dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai his adekuat.
d.      Induksi prostaglandin
Ø Dosis:
o    Pg E-2 dalam bentuk suppositoria diberikan 20 mg, diulang 4-5 jam.
o    Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
o    Pg-E 2,5 mg/ ml dalam larutan NaCl 0,9% dimulai 0,625 mg/ml dalam infus.
Ø Kontraindikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

Pencegahan:
·           Periksa kehamilan sekurang kurangnya 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Keadaan yang merupakan tanda bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil:
ü   Pendarahan lewat jalan lahir.
ü   Pembengkakan muka, kaki, atau jari kaki.
ü   Sakit kepala berat, kaku kuduk terus menerus.
ü   Penglihatan kabur.
ü   Nyeri perut.
ü   Muntah terus menerus.
ü   Demam.
ü   Keluar cairan banyak lewat jalan lahir.
ü   Tidak merasakan gerak janin.
·           Makanan dengan nilai gizi yang baik.
ü   Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan pasca persalinan, sepsis, dll.
·           Pemeriksaan serologik
ü   Pemeriksaan TORCH

ü   Pemeriksaan VDRL dan TPHA.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates