Kematian Janin Dalam Rahim/ Intra Uterine Fetal Death
Setelah
usia kehamilan diatas 16 minggu, dapat dirasakan gerak janin dalam rahim yang
disebut “quickening” sebagai gerakan pertama. Gerakan janin merupakan tanda
penting bahwa janin hidup sehat dan meminta perlindungan dengan jalan
pengawasan kehamilan secara teratur.
Dalam
menunjukkan kasih sayang sering ayahnya ikut serta meraba dan merasakan gerak
janin itu. Bagi ibu yang sensitif dapat dirasakan gerak janin berkurang atau
menghilang dan mendorongnya untuk segera memeriksakan diri. Ada kemungkinan
gerak janin berkurang setelah kepala janin masuk pintu atas panggul, atau
karena bagian terendah terinfeksi.
Dengan
berkurangnya atau menghilangnya gerak janin dapat menjadi pertanda bahwa janin
mengalami kematian dalam rahim. Janin yang telah mati dalam rahim harus segera
dikeluarkan karena dapat menimbulkan pembekuan darah dan dapat menimbulkan
infeksi dalam rahim. Oleh karena terdapat bahaya mengancam keselamatan ibu maka
pertolongan persalinan dengan kematian janin dalam rahim memerlukan persiapan
khusus.
Bahaya
gangguan pembekuan darah pada kematian janin yang melewati waktu 12 minggu dan
akan menimbulkan bahaya infeksi, hal ini tidak boleh terjadi. Oleh karena itu,
menjelang kehamilan cukup bulan pemeriksaan hamil dilakukan lebih sering dengan
interval seminggu sekali.
Adapun
pengertian kematian janin dalam rahim adalah tidak adanya tanda kehidupan janin
dan belum dikeluarkannya janin dengan sempurna dari ibunya.
Menetapkan Kematian Janin Dalam Rahim
· Pemeriksaan terhadap detak jantung
(dengan menggunakan stetoskop laeneck, alat dopler).
· Pemeriksaan terhadap tidak adanya
gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit, tulang belakang makin melengkung
(dengan menggunakan USG).
· Pemeriksaan terhadap tulang kepala
berhimpit, tulang belakang melengkung, dalam usus dijumpai pembentukan gas
(dengan foto rontgen).
Penyebab Kematian Janin Dalam Rahim
· Kehamilan diatas usia 36 minggu pada
ibu dengan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
· Mungkin terjadi lilitan tali pusat
yang menimbulkan kematian
· Terjadi dimpul tali pusat
· Gangguan nutrisi menjelang kehamilan
cukup bulan
· Kehamilan dengan pendarahan
· Kehamilan lewat waktu lebih dari 14
hari
.
Batasan Kematian Janin
· WHO: Kematian yang terjadi pada janin
dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.
· Prawiroharjo: Kematian janin dibagi dalam 4
golongan:
ü Kelompok 1: kematian janin sebelum
kehamilan 20 minggu.
ü Kelompok 2: kematian janin pada umur
kehamilan 20-28 minggu.
ü Kelompok 3: kematian janin pada umur
lebih dari 28 minggu.
ü Kelompok 4: kematian janin yang
tidak termasuk tiga golonga diatas.
· U.S
National Center: Kematian
janin pada umut kehamilan lebih dari 20 minggu.
· FIGO: Kelahiran mati bayi termasuk bayi
dengan BBL > 500 gram atau lebih dan atau sesuai umur kehamilan > 22
minggu.
Kriteria
Diagnostik
Kematian
janin dalam rahim, sering dirasakan mula mula oleh penderita sendiri berupa hilangnya
gerak janin, kehilangan berat badan, perubahan payudara dan hilangnya nafsu
makan.
Penentuan
diagnosis:
1. Cara sederhana:
·
Pengukuran
tinggi fundus uteri (TFU): TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan, patut
dicurigai adanya kematian janin dalam rahim.
·
Gerakan
janin dalam rahim: Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18-20 minggu.
·
Denyut
jantung janin(DJJ): ada/ tidaknya DJJ merupakan cara mudah menentukan janin
hidup / mati, DJJ dapat didengar dengan: Stetoskop laenec (18-20 minggu),
Dopler (12 minggu).
2. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan USG: Bila didapatkan
satu atau lebih tanda sebagai berikut:
·
Echo
discreption dari gestational sac (GS).
·
Pengurangan
penampang GS dibanding pengukuran yang dibuat 2 minggu terakhir.
·
Tidak
terlihat gerakan janin.
·
Tidak
terlihat denyut jantung janin.
·
Nampak
gambaran spalding sign tulang tengkorak.
b. Pemeriksaan radiologi
·
Angulasi
tulang belakang janin
·
Spalding
sign sebagai gambaran tumpang tindih tulang tengkorak janin.
·
Terlihat
adanya udara didalam pembuluh darah besar janin 1 sampai 2 hari setelah
kematian, disebut hallo sign.
c. Pemeriksaan laboratorium (dilakukan
bila sarana dan dana memungkinkan).
·
Ibu
ü Kadar alfa fetoprotein (AFP) serum
darah ibu.
o Kadar AFP tidak hamil (5 µg/ ml)
o Kehamilan 30 minggu (500 µg/ ml)
o Nilai AFP yang tinggi merupakan
resiko tinggi, hal ini terjadi pada:
Ø Rhesus isoimunization
Ø Gawat janin sampai kematian janin
Ø Bila kadar AFP tetap tinggi pada 3
kali pemeriksaan pertengahan kehamilan, punya resiko kematian janin dalam
rahim.
ü Kadar Estriol serum darah ibu/ urin
14 jam. Untuk menilai fungsi fetoplasenter
o Bila kadar < 12 µg/ ml mungkin terjadi gangguan pertumbuhan
janin, kelainan kongenital, gawat janin, ataupun kematian janin dalam rahim.
o Penurunan secara cepat sampai 60%
atau lebih, menunjukkan insufisiensi plasenta sehingga terjadi hipoksia dan
mengakibatkan kematian janin dalam rahim.
·
Janin.
ü Pemeriksaan amnion dengan
amniosentesis;
o Warna air ketuban normal jernih,
bila ternoda mekonium dapat bermacam-macam sehingga akan berwarna hijau, kuning,
coklat muda, coklat tua sampai hitam, dapat pula air ketuban kental, keruh,
seperti lumpur sehingga terjadi tanda gawat janin sampai menimbulkan kematian
pada janin.
ü Kreatinin fosfoknase.
o Kadar normal dalam cairan amnion 30
µg/ ml
o Pada kematian janin dapat meningkat
sampai 1000 µg/ ml
o Kenaikan kadar kreatinin fosfokinase
terjadi pada 4-5 hari kematian janin dalam rahim.
ü Alfa fetoprotein (AFP). Kenatian
janin dalam rahim dapat diduga jika ditemukan:
o Kadar AFP serum maupun cairan amnion
menurun sampai 1/ 100 dari kadar normal.
o Bila kadar AFP maupun cairan amnion
tetap tinggi.
ü Kromosom
o Monosomi autosom dianggap sebagai
penyebab kematian janin.
ü Amniografi
o Air ketuban diperikasa setelah
disentrifuge dengan spektrofotometer untuk melihat konsentrasi bilirubin dan
oksihemoglobin, bila kadar bilirubin sangat tinggi, kemungkinan kematian janin
dalam waktu 7-10 hari sebesar 56-80 %.
ü Fetoskopi
o Merupakan cara untuk melihat janin
dan plasenta secara langsung dengan endoskopi.
Pengelolaan
Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan
secara:
1. Lahir spontan: 75% akan lahir
spontan dalam 2 minggu.
2. Persalinan anjuran:
a. Dilatasi serviks dengan batang
laminaria
Ø Setelah dipasang 12-24 jam kemudian
dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin
dan plasenta.
b. Dilatasi serviks dengan kateter
folley,
Ø Untuk umur kehamilan > 24 minggu.
Ø Kateter folley no 18, dimasukkan
dalam kanalis servikalis diluar kantong amnion,
Ø Diisi 50 ml aquadest steril
Ø Ujung kateter diikat dengan tali,
kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban sebesar 500 gram,
Ø Dilanjutkan infus oksitosin 10 u
dalam Dekstrose 5% 500 ml, mulai 8 tetes/ menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit
sampai his adekuat.
c. Infus uksitosin
Ø Keberhasilan sangat tergantung pada
pematangan serviks, dinilai dengan skor Bishop, bilai nilai = 5 akan lebih
berhasil.
Ø Dipakai oksitosin 5 – 10 u dalam
Dekstrose 5% 500 ml, mulai 8 tetes/ menit dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit
sampai his adekuat.
d. Induksi prostaglandin
Ø Dosis:
o
Pg
E-2 dalam bentuk suppositoria diberikan 20 mg, diulang 4-5 jam.
o
Pg-E
2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
o
Pg-E
2,5 mg/ ml dalam larutan NaCl 0,9% dimulai 0,625 mg/ml dalam infus.
Ø Kontraindikasi: asma, alergi dan
penyakit kardiovaskuler.
Pencegahan:
·
Periksa
kehamilan sekurang kurangnya 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Keadaan yang merupakan tanda
bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil:
ü Pendarahan lewat jalan lahir.
ü Pembengkakan muka, kaki, atau jari
kaki.
ü Sakit kepala berat, kaku kuduk terus
menerus.
ü Penglihatan kabur.
ü Nyeri perut.
ü Muntah terus menerus.
ü Demam.
ü Keluar cairan banyak lewat jalan
lahir.
ü Tidak merasakan gerak janin.
·
Makanan
dengan nilai gizi yang baik.
ü Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri,
pendarahan pasca persalinan, sepsis, dll.
·
Pemeriksaan
serologik
ü Pemeriksaan TORCH
ü Pemeriksaan VDRL dan TPHA.

0 komentar:
Posting Komentar