A.
Pengertian
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. Definisi yang
lain dari Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang terletaknya normal
pada fundus/ korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio
plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe:
·
Sistem I Berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan:
Ø Kelas 0: Asimptomatik.
Diagnosis ditegakkan secara
retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan
pada plasenta. Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
Ø Kelas 1: Gejala klinis ringan dan
terdapat hampir 48% kasus.
Gejala meliputi: mulai dari tidak
adanya pendarahan pervaginam sampai pendarahan pervaginam ringan; uterus
sedikit tegang; tekanan darah dan denyut jantung maternal normal; tidak ada
koagulopati; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
Ø Kelas 2: Gejala klinis sedang dan
terdapat hampir 27% kasus.
Pendarahan pervaginam bisa ada atau
tidak ada; ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan kontraksi
tetanik; takikardi maternal dengan perubahan ortostatik tekanan darah dan
denyut jantung; terdapat fetal distress,
dan hipofibrinogenemi (150-250 mg/ dl).
Ø Kelas 3: Gejala berat dan terdapat
hampir 24% kasus.
Pendarahan pervaginam dari tidak ada
sampai berat; uterus tetanik dan sangat nyeri; syok maternal; hipofibrinogenemi
( <150 mg/ dl); koagulopati serta kematian janin.
·
Sistem II berdasarkan ada atau tidaknya pendarahan pervaginam:
Ø Solusio plasenta yang nyata/ tampak
(revealed)
Terjadinya pendarahan pervaginam,
gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan
utersu, atau hanya ringan.
Ø Solusio plasenta yang tersembunyi
(concealed)
Tidak terdapat pendarahan
pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering disebut Pendarahan
Retroplasental.
Ø Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi pendarahan baik
retroplasental atau pervaginam; uterus tetanik.
·
Sistem III Berdasarkan jumlah pendarahan yang terjadi
Ø Solusio plasenta ringan:
Pendarahan pervaginam <100 ml.
Ø Solusio plasenta sedang:
Pendarahan pervaginam 100-500 ml,
hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
Ø Solusio plasenta berat:
Pendarahan pervaginam luas >500
ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati.
·
Sistem IV Berdasarkan luasnya
bagian plasenta yang terlepas dari uterus
Ø Solusio plasenta ringan:
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian
bagian plasenta yang terlepas. Pendarahan kurang dari 250 ml.
Ø Solusio plasenta sedang:
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian.
Pendarahan <1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
Ø Solusio plasenta berat:
Plasenta yang terlepas > ½
bagian, pendarahan >1000 ml, terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
B.
Etiologi
Belum
diketahui dengan jelas. Namun terdapat beberapa keadaan tertentu yang
menyertai: hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau
> 35 tahun, multiparitas, tali pusat yang pendek, difisiensi asam folat,
pendarahan retroplasenta, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
C.
Patofisiologi
Pendarahan
dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uetrus yang membentuk hematoma
di desidua, sehaingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Pendarahan
berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang dan tidak
mampu berkontraksi untuk menghentikan pendarahan. Akibatnya, hematoma
retroplasenta akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta terlepas dari dinding uterus.
Sebagian
darah akan masuk ke bawah selaput ketuban dan keluar melalui vagina, atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di
antara serabut-serabut otot-otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung
hebat, seluruh permukaan uterus akan berwarna biru atau ungu dan terasa sangat
tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus
couvelaire.
Keadaan
janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas mungkin
tidak berpengaruh sama sekali, atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu,
sangat menentukan beratnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan
selesai, umumnya makin hebat komplikasinya.
D.
Gambaran Klinis
1.
Solusio plasenta ringan
·
salah
satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah pendarahan pervaginam yang
kehitam-hitaman, berbeda dengan pendarahan pada plasenta previa yang berwarna
merah segar.
2.
Solusio plasenta sedang
·
Plesenta
telah terlepas ¼ - ½ bagian.
·
Walaupun
pendarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahan-nya mungkin telah
mencapai 1000 ml.
·
Dinding
uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sukar teraba.
·
Apabila
janin masih hdup, bunyi jantungnya sulit didengar dengan stetoskop biasa, harus
dengan stetoskop ultrasonik.
·
Tanda-tanda
persalinan biasanya telah ada, dan persalinan akan selesai dalam 2 jam.
·
Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan
terjadi pada solusio plasenta berat.
3.
Solusio plasenta berat
·
Plasenta
telah terlepas lebih dari ½ permukaannya.
·
Dapat
terjadi syok, dan janin meninggal.
·
Uterus
tegang seperti papan, dan sangat nyeri.
E.
Diagnosis
·
Diagnosis
solusio kadang sukar ditegakkan.
·
Penderita
biasanya datang dengan gejala klinis:
ü Pendarahan pervaginam (80%)
ü Nyeri abdomen atau pinggang dan
nyeri tekan uterus (70%)
ü Gawat janin (60%)
ü Kelainan kontraksi uterus (35%)
ü Kelahiran prematur idiopatik (25%)
ü Dan kematian janin (15%).
·
Syok
yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak pendarahan.
·
Pemeriksaan
laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta antara
lain:
ü Hitung sel darah lengkap
ü Fibrinogen
ü Waktu prothtombin/ waktu
tromboplastin parsial teraktifitasi untuk mengetahui terjadinya DIC
ü Nitrogen urea/ kreatinin dalam darah
ü Kleithauer-Betke test untuk
mendeteksi adanya sel darah meraj janin di dalam sirkulasi ibu.
·
Pemeriksaan
penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta (untuk
menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
·
Hematom
retroplasentar dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma
(besar dan lamanya) serta keahlian operator.
(besar dan lamanya) serta keahlian operator.
·
Pemeriksaan
histologik, setelah plasenta dikeluarkan dpat memperlihatkan hematoma
retroplasentar.
·
Penemuan
lain yang mungkin adalah adanya ekstrvasasi darah ke myometrium, yang tampak
sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yang dikenal sebagai Uteri Couvelaire.
·
Secara
klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
·
Diagnosis
banding lain pendarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah
vasa previa, teruma vaginal, serta keganasan (jarang).
F.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun janin.
·
Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu antara lain:
Ø Pendarahan baik antepartum,
intrapartum, maupun post-partum
Ø Koagulopati komsumtif, DIC; solusio
plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada
kehamilan.
Ø Utero-renal reflek
Ø Ruptur uteri
·
Komplikasi
yang dapat terjadi pada janin antara lain:
Ø Hipoksi, anemi, retardasi
pertumbuhan, kelainan susanan saraf pusat, dan kematian janin.
G.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
bervariasi tergantung kondisi/ status ibu dan janin. Pendarahan antepartum yang
sedikit, dengan uterus yang tidak tegang, pertama kali harus ditangani sebagai
kasus plasenta previa. Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa
dapat disingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio palsenta.
H.
Pengelolaan
Setiap pasien yang dicurigai solusio
plasenta harus dirawat dirumah sakit karena memerlukan monitoring yang lengkap,
baik dalam kehamilan maupun persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta
adalah sebagai berikut:
·
Tidak
terdapat renjatan: Usia gestasi kurang dari 36 minggu/ taksiran berat fetus
kurang 2500 gr:
Ø Solusio plasenta ringan dilakukan
pengelolaan secara ekspektatif meliputi tirah baring
ü Sedatif
ü Mengatasi anemia
ü Monitoring keadaan janin dengan
kardiotokografi dan USG
ü Serta menunggu persalinan spontan
Ø Aktif dengan mengakhiri kehamilan
bila:
ü Keadaan memburuk
ü Pendarahan berlangsung terus
ü Kontraksi uterus berlangsung
ü Dapat mengancam ibu/ janin:
ü Partus pervaginam
(amniotomioksitosin infus)
ü Seksio sesaria bila pelviks skor
< 5 atau persalinan > 6 jam.
Ø Sedang/ berat:
ü Resusiatasi cairan
ü Atasi anemi (transfusi darah)
ü Partus pervaginam: bila diperkirakan
partus dapat berlangsung dalam 6 jam (Amniotomi dan oksitosin).
ü Partus per abdominal: bila partus
pervaginam diperkirakan tidak dapat berlangsung dalam 6 jam.
·
Tidak
terdapat renjatan: Usia getasi 37 minggu atau lebih/ taksiran berat fetus 2500
gram.
Ø Solusio plasenta ringan/ sedang/
berat: partus per abdominal, bila persalinan pervaginam diperkirakan
berlangsung lama.
·
Terdapat
renjatan:
Ø Atasi renjatan, resusitasi cairan
dan tranfusi darah
ü Bila ada renjatan tidak teratasi,
upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.
ü Bila renjatan dapat teratasi,
pertimbangkan untuk partus perabdominal bila janin masih hidup atau bila
persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
Komplikasi solusio plasenta pada ibu
biasanya berhubungan dengan banyaknya darah yang hilang, gangguan pembekuan
darah, infeksi, gagal ginjal akut, pendarahan post partum yang dosebabkan
atonia uteri atau uterus couvelaire, reaksi tranfusi serta syok neurogenik oleh
karena kesakitan.
Komplikasi pada janin berupa
asfiksi, berat bayi lahir rendah, prematuritas dan infeksi. Disamping itu bayi
yang lahir hidup dengan riwayat solusio plasenta mempunyai resiko 7x lebih
sering mengalami cerebral palsy yang mungkin disebabkan anoksia.

0 komentar:
Posting Komentar